ISRAEL KACAU BALAU! Jutaan Warga Mengungsi, Serangan Besar Houthi Buat Netanyahu di Ujung Kekuasaan

Israel kini hidup dalam senyap. Bukan karena damai, tapi karena suara sirena sudah menjadi rutinitas harian. Warganya tak lagi memandang rumah sebagai tempat berlindung, melainkan penjara ketakutan. Bangker-bangker bawah tanah berubah menjadi tempat tinggal utama. Sejak kelompok dari Yaman bersumpah tidak akan berhenti menyerang sampai Gaza tak lagi dipaksa hidup di bawah laras senapan, ketegangan tak pernah surut. Di medan laut, kekacauan tatkala mencekam. Jalur perdagangan yang dulu ramai kini menjadi zona kerugian besar. Israel dan sekutunya kehilangan ratusan juta dolar karena aksi blokade brutal yang dilakukan Hauti. Kapal-kapal yang terendus punya jejak kerja sama dengan Israel langsung ditahan tanpa kompromi. Dan tak sedikit yang akhirnya karam di dasar laut sebagai pesan perang yang jelas. Ini bukan ledakan yang memusnahkan sekejap, tapi kehancuran yang disusun dengan dingin dan sabar. Ketika rakyat terus dikurung dalam bayang-bayang bangker dan denyut ekonomi digerus dari jalur laut merah yang runtuh bukan hanya pertahanan tapi sendi-sendi peradaban itu sendiri. Sirene meraung. Jalanan berubah menjadi lautan kepanikan. Warga Israel berhamburan menuju bangker bawah tanah yang mereka sebut tempat aman. Meski tanpa kenyamanan, banyak yang terluka karena desakan panik. Tak sedikit yang akhirnya tidur di dalam tenda lipat. Karena rumah mereka tak lagi cukup kuat menahan gempuran dari langit. Tak ada pola, tak ada peringatan. Serangan datang tiba-tiba. Seperti pekan lalu ketika Hoti meluncurkan rudal balistik ke jantung kota Tel Afif dan bandara internasional Burion selama 2 hari berturut-turut. Ketakutan pun menyebar. Bankker kembali penuh sesat. Hidup di atas tanah menjadi terlalu berisiko. Dalam serangan-serangan ini, Ha diketahui menggunakan rudal balistik Palestina. Senjata ini bukan main-main. Mampu meluncur sejauh 2.150 km dan menembus udara dengan kecepatan hipersonik 19.700 km/h atau 16 kali kecepatan suara. Membawaah hulu ledak seberat setengah ton. Dirancang untuk menghancurkan fasilitas penting dengan presisi brutal. Bahkan struktur beton yang diperkuat pun belum tentu bisa bertahan. Serangan ke Israel terus berlanjut. Pada tanggal 29 Juli, Rudel kembali menghantam bandara Ben Gurion, bandara tersibuk di Israel. Ledakan itu memicu kepanikan massal, menunda semua penerbangan. Dalam satu malam, hoti dari Yaman berhasil melumpuhkan salah satu simpul transportasi utama Israel hanya dengan satu tembakan tepat waktu dan mematikan. Hanya sehari setelah Rudal menghujani Tal Afif dan bandara Ben Gurion, kelompok Hoti kembali mengguncang langit Israel kali ini dengan serangan drone yang terkoordinasi dan mematikan. Dalam pernyataannya, Hoti mengungkapkan bahwa mereka mengerahkan lima unit drone dalam tiga gelombang operasi berbeda. Menargetkan titik-titik vital militer dan strategis di Israel. Gelombang pertama mengirim dua drone ke pusat kota Tel Afif menyasar lokasi-lokasi sensitif yang tidak diungkapkan ke publik. Gelombang kedua ditujukan ke kota pelabuhan Askalon dengan dua drone diarahkan ke fasilitas militer. Sebagai penutup, satu drone melesat ke wilayah Alnakab, titik strategis militer Israel. Banyak pihak meyakini kelima drone itu adalah tipe Java, salah satu drone tempur tercanggih buatan Hoti. Java memiliki jangkauan hingga 2000 km cukup untuk menjangkau wilayah kunci Israel dari jantung Yaman. Lebih dari itu, Java memiliki desain siluman dengan bahan fiber glass dan plastik ringan membuatnya sulit terdeteksi radar bahkan oleh sistem pertahanan tercanggih sekalipun. Serangan terbaru terjadi tanggal 3 Agustus ketika Hoti meluncurkan tiga drone sekaligus menuju kota Chef Ashkelon. dan pelabuhan penting di Haifa. Juru bicara militer Hoti, Yahya Sarea menyebut operasi ini sebagai balasan atas tindakan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gefir yang memimpin doa di Masjid Al-Aqsa pada hari Ahad, langkah yang dianggap provokasi besar. Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga dalam Islam, simbol identitas rakyat Palestina dan titik sensitif dalam konflik panjang. Setiap kali langit Israel dihujani rudal dari Yaman, reaksi pemerintah hampir selalu sama. diam. Hanya ketika sistem pertahanan berhasil menggagalkan serangan, mereka mulai membanggakan keberhasilan Iron Dome atau sistem lain. Tapi apakah itu benar-benar menggagalkan misi hoti atau justru Israel terjebak dalam permainan yang lebih dalam? Secara teknis mereka mungkin berhasil menahan gelombang rudal dan Ron tapi pertempuran psikologis nyari selalu dimenangkan lawan. Ketika Sirene meraung, warga sipil berhamburan ke bangker dengan panik. Anak-anak, orang tua, keluarga terkurung dalam ruang sempit dan pengap. tanpa kepastian kapan bisa kembali ke rumah. Dampak sesungguhnya bukan kehancuran fisik melainkan kelelahan mental. Ancaman Hoti tak hanya menghantui daratan Israel tapi juga menjalar ke jalur perairan strategis Laut Merah. Di balik blokade mereka terselip pesan keras selama Gaza dibombardir tak ada pelabuhan Israel yang aman bahkan dari ribuan kilometer jauhnya. Blokade ini bukan sekadar aksi simbolis tapi babak baru perang asimetris. Laut Merah berubah menjadi medan tempur senyap yang mematikan. Dalam deklarasi terbarunya, Hoti menyebut mereka kini menargetkan bukan hanya kapal berbendera Israel, tapi juga semua kapal yang memiliki hubungan dagang atau rute ke Israel. Bendera apapun tak akan jadi pelindung. Siapapun yang terlibat dengan Israel akan jadi sasaran. Bukti nyata bisa dilihat dari insiden yang mengguncang dunia maritim. Kapal MV Magic Sea berbendera Yunani dibajak secara brutal. Dalam video yang beredar, kapal itu diledakkan dan ditenggelamkan. Dunia sadar ini bukan gertakan. Belum 24 jam berlalu, serangan kedua terjadi. Kali ini kapal MV Eternityc juga dioperasikan Yunani jadi korban berikutnya. Koti menyebut kapal itu terafiliasi dengan pelabuhan Israel dan nasibnya sama, diledakkan, ditenggelamkan, hilang di kedalaman. Serangan demi serangan ini menegaskan Laut Merah telah menjadi senjata ekonomi dan diplomatik hati untuk menekan Israel dari luar medan tempur. Pesannya jelas, perang di Gaza punya konsekuensi global. Hari ini satu nama terus menggema di langit Timur Tengah, Hauti. Mereka bukan sekadar milisi bersenjata, tapi simbol perlawanan terakhir selain Hamas yang konsisten membela Gaza tanpa lelah. Mereka mengancam dari darat dan dari laut. Keberanian dan keteguhan mereka menjadikan hati mimpi buruk bagi Israel dan Amerika Serikat. Mereka nyata dan bergerak. Posisi Israel semakin terhimpit. Agresi yang diperpanjang di Gaza kini berbalik menjadi senjata makan tua. Rakyat Israel mulai muak, terperangkap dalam ketakutan, dan hilang kepercayaan pada pemimpin mereka, bencami Netanyahu. Sementara dunia terus menjerit meminta diakhirinya genosida di Gaza, Netanyahu seolah menutup mata menekan gas perang semakin dalam. Dan kini dunia bertanya-tanya apakah Netanyahu akan menarik kembali tangan berdarahnya atau justru tengah menyiapkan panggung untuk babak paling kelam dari tragedi kemanusiaan ini. Dan di tengah semua ini, satu hal jelas. Perang ini bukan lagi sekadar tentang peluru dan rudal. Ini tentang narasi citra dan pertarungan moral di hadapan dunia. Siapa yang memenangkan hati publik global, dialah yang akan mengukir sejarah di akhir cerita. Lebih jauh lagi, konflik ini membuka bab baru dalam peperangan modern di mana kekuatan militer konvensional tak lagi menjamin kemenangan dan keberanian politik menjadi mata uang paling mahal. Dalam landskap seperti ini, setiap keputusan bisa menjadi percikan yang menyalakan api yang tak akan padam dalam waktu dekat. Pada akhirnya dunia menyadari bahwa garis depan perang ini tak lagi berada di perbatasan Gaza atau di Laut Merah saja. Garis itu kini merentang di ruang kesadaran global. Setiap foto reruntuhan, setiap video serene. Setiap kapal yang tenggelam menjadi peluru tak kasat mata yang menembus opini publik. Di era di mana persepsi bisa menentukan kemenangan sama kuatnya dengan senjata, perang ini berpotensi dimenangkan bukan di medan tempur, melainkan dibenak miliaran manusia yang menyaksikannya dari jauh.
Gabung dalam percakapan